Senin, 13 Agustus 2012

Kooperatif Dengan Kontraktor



Anda barangkali pernah mendengar atau membaca kisah tentang bagaimana Vincent van Gogh, pelukis terkenal dari Belanda,

pernah menjelaskan visinya mengenai lukisannya yang berjudul “Starry Night” dan meminta pelukis lain untuk melukiskannya lagi. Ia bahkan menunjukkan warna cat apa saja dan teknik apa yang dipakainya melukis, agar dapat ditiru secara persis oleh pelukis lain itu. Namun semirip apapun pelukis itu berusaha menirunya, tetap saja hasil akhirnya terlihat jauh berbeda dengan karya asli milik Van Gogh.

 

ILUSTRASI ini merupakan gambaran mengenai sulitnya menerjemahkan ide orang lain menjadi sesuatu yang nyata, sehingga terkadang memungkinkan terjadinya selisih paham. Hal semacam itu juga yang bisa terjadi dalam konteks hubungan antara klien dan kontraktor yang telah dipilih untuk mengerjakan proyek milik sang klien. Seringkali ide sang pemilik (klien atau owner) ditangkap secara berbeda oleh si kontraktor, sehingga hasil akhir pekerjaan itu bisa tidak sesuai atau bahkan berbeda sama sekali dengan yang diharapkan. Berikut adalah 5 poin yang penting untuk diperhatikan agar Anda sebagai klien/owner tidak mengalami kesulitan saat berurusan dengan kontraktor.

1. Siap dengan segala kemungkinan yang terjadi pada proyek Anda
Sebelum proyek konstruksi berlangsung, klien harus siap menerima bahwa terkadang beberapa hal mungkin tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya, jadwal yang mundur karena menunggu datangnya peralatan khusus atau karena cuaca yang tidak mendukung, ukuran bingkai jendela yang ternyata tidak cocok saat dipasang, atau beberapa bencana kecil lainnya yang bisa saja terjadi. Sehingga penting untuk memakai jasa seorang kontraktor yang pandai berkomunikasi dengan baik dan rajin memberikan laporan perkembangan proyek pada kondisi baik maupun buruk. Selain itu, seiring dengan makin meningkatnya volume pekerjaan dan tingkat kerumitan pada proyek, kecenderungan untuk stres pun biasanya ikut meningkat. Untuk itu, penting bagi klien untuk selalu menjalin kontak dengan kontraktor, arsitek, desainer dan subkontraktor yang terlibat.

2. Kontraktor membutuhkan Sub-Kontraktor untuk bekerjasama dengannya
Tergantung seberapa besar nilai dan kompleksitas suatu proyek, kontraktor akan menyewa berbagai sub-kontraktor untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh, jika klien merenovasi kamar mandi, kontraktor akan memakai jasa subkontraktor untuk menangani pipa saluran air, lalu sub-kontraktor lain untuk memasang instalasi listrik, dan sub-kontraktor lainnya lagi untuk memasang fitur-fitur kamar mandi. Maka,. berkenaan dengan pendelegasian pekerjaan, klien harus membicarakannya dengan kontraktor dan meninjau aspek apa saja dari proyek yang akan ditangani oleh sub-kontraktor. Klien harus memeriksa jadwal pekerjaan sub-kontraktor dan memverifikasi sertifikasi mereka, keahlian, dan kualitas layanannya. Anda harus menjamin bahwa jika terdapat masalah selama proses pengerjaan, mereka bersedia mendiskusikan dan menyelesaikan dengan pihak kontraktor.

3. Kontraktor Membutuhkan Informasi Spesifik dari Klien
Kontraktor berharap sebaiknya klien tahu persis apa yang mereka inginkan akan proyek tersebut. Sehingga tugas kontraktor untuk mengubah ide tersebut agar menjadi kenyataan akan lebih mudah, dan bukannya seperti ‘meraba di kegelapan’. Untuk itu, klien harus siap memberikan segala informasi yang spesifik dan daftar permintaan yang rinci. Karena jika tidak, hasil akhir proyek tersebut tidak akan sesuai dengan konsep aslinya. Dengan demikian, klien harus menjadi klien yang cerdas, yang membekali diri dengan pengetahuan mengenai proyek konstruksi atau renovasi yang serupa dengan proyeknya, dapat ‘membaca’ cetak biru (blueprint), dan tahu bagaimana mengkomunikasikan dengan jelas kebutuhannya baik kepada kontraktor, manajer proyek, maupun sub-kontraktor.

4. Bertemu secara teratur
Komunikasi merupakan hal penting agar klien memiliki pengalaman positif dengan kontraktor. Jika klien ingin dapat berkomunikasi setiap saat dengan kontraktor, maka klien juga harus selalu siap setiap kali dibutuhkan kehadirannya. Untuk membangun jalur komunikasi yang terbuka, maka merupakan ide yang baik apabila klien menetapkan jadwal pertemuan rutin dengan kontraktor selama proyek berlangsung. Dengan begitu, klien akan memiliki kesempatan untuk memeriksa setiap kemajuan dan menangkap setiap kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin dalam setiap tahapan konstruksi. Namun sebaiknya pertemuan rutin jangan menyita terlalu banyak waktu pekerjaan proyek. Ingat, kontraktor disewa untuk keahlian mereka, dan mereka harus diberi waktu yang efektif untuk menjalankannya, namun tetap dapat berkomunikasi dengan klien mereka.

5. Kontraktor tidak dapatmelakukan segalanya

 

Proyek renovasi atau pekerjaan konstruksi merupakan proyek bersama antara klien dan kontraktor. Sebagaimana kontraktor membutuhkan sub-kontraktor dan karyawan untuk menangani pekerjaan seperti : memasang rangka atap, mengecor, memasang pondasi, memasang instalasi listrik, dan sebagainya, kontraktor juga membutuhkan kerjasama yang baik dengan klien dalam melakukan bagiannya. Misalnya dalam pengurusan dokumen dan akta penting, menyiapkan tempat khusus untuk pekerja seandainya ada yang tidur di lokasi proyek, menyediakan makan sesuai kesepakatan, dan lainlain. Tergantung pada intensitas pekerjaan pada proyek, hubungan pelanggan-kontraktor dapat berlangsung selama berbulan-bulan. Itulah mengapa klien harus meletakkan dasar perencanaan dan organisasi yang kuat untuk diterapkan oleh kontraktor. Jadi, bekerjasama dengan kontraktor memang susah-susah gampang. Layaknya berpartner, dibutuhkan pemahaman akan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Apalagi yang dipertaruhkan disini adalah asset pribadi Anda yang bisa menjadi investasi jangka panjang. Yang penting adalah jangan segan-segan untuk mengkomunikasikan apabila mengalami masalah dengan proyek Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar